Jika Anda memiliki anak kecil, memang sudah sejatinya popok menjadi suatu kebutuhan yang penting. Ada berbagai macam popok, ada yang dicuci maupun sekali pakai. Sebagian besar orang tua mulai memakaikan popok pada anaknya sejak bayinya berusia satu bulan. Bayi yang baru lahir masih sangat rentan karena memiliki kulit yang sensitif dan dapat menyebabkan ruam pada kulit bayi akibat pemakaian popok. Ruam yang disebabkan pada popok ini dapat berupa kemerahan, kulit bersisik, kulit kering dan melepuh, serta luka lecet pada bokong, paha, maupun alat kelamin. Penyebabnya bisa beragam, tapi umumnya karena pemakaian popok yang terlalu lama dan ketat, atau karena infeksi. Ruam popok merupakan kondisi yang umum terjadi pada bayi.
A. Penyebab Ruam Popok
Ruam popok cukup sering terjadi pada bayi baru lahir dan balita yang masih menggunakan popok. Ada beberapa hal yang bisa menyebabkan bayi mengalami ruam pokok, yaitu:
- Popok yang lembap
Popok yang yang jarang diganti dapat meningkatkan risiko bayi terkena ruam popok. Perlu diketahui, urine yang tercampur dengan tinja pada popok bisa menyebabkan infeksi bakteri dan iritasi pada kulit bayi. Inilah sebabnya, bayi yang popoknya sudah lembab namun jarang diganti rentan terkena ruam popok.
- Popok terlalu ketat
Popok yang terlalu ketat bisa bergesekan dengan kulit bayi. Hal ini bisa menimbulkan iritasi, ruam atau lecet pada kulitnya yang masih lembut dan tipis.
- Makanan baru
Pada usia 4-6 bulan, bayi sudah mulai mendapat makanan pendamping ASI berupa asupan makanan padat. Beberapa jenis makanan, seperti buah-buahan yang asam, bisa mempengaruhi tinja bayi sehingga mudah mengiritasi kulit di daerah bokong dan menimbulkan ruam.
Jika sebelum usia tersebut bayi mengalami ruam popok, padahal dia hanya mengkonsumsi ASI atau susu formula, kemungkinan penyebabnya adalah makanan yang dikonsumsi oleh ibu.
- Infeksi bakteri dan jamur
Area bokong, paha, dan alat kelamin yang kerap bersentuhan dengan popok, memiliki kondisi yang lembab dan hangat. Hal ini memudahkan kulit di bagian tersebut rentan mengalami infeksi bakteri atau jamur.
- Iritasi produk kebersihan bayi
Penggunaan produk perawatan kulit, seperti sabun, bedak, tisu basah, atau minyak, pada area popok juga mungkin bisa mengiritasi kulit bayi.
- Kulit sensitif
Bayi yang menderita masalah kulit, seperti eksim atau dermatitis atopik, akan lebih rentan mengalami ruam popok dibanding dengan anak yang tidak memiliki kulit yang sensitif.
- Konsumsi antibiotik
Ketika bayi diberi obat ini, bakteri baik pada kulit yang mampu mencegah pertumbuhan jamur bisa ikut mati. Akibatnya, bayi dapat mengalami ruam popok akibat infeksi jamur. Ibu menyusui yang mengkonsumsi antibiotik juga membuat bayi yang disusuinya lebih berisiko untuk mengalami ruam popok.
B. Cara Mengatasi Ruam Popok
Penanganan ruam popok yang paling utama adalah menjaga agar kulit bayi selalu bersih dan kering. Berikut adalah beberapa langkah perawatan yang bisa Anda lakukan di rumah jika anak mengalami ruam popok:
- Cuci tangan hingga bersih sebelum menggantikan popok.
- Segera ganti popok ketika sudah basah atau terkena tinja.
- Bersihkan area yang tertutup popok dengan air bersih. Gunakan juga sabun bayi untuk membantu membersihkan kulit anak setelah buang air besar. Jika ingin memakai tisu basah, pilihlah yang bebas alkohol dan pewangi.
- Keringkan area yang tertutup popok dengan kain berbahan lembut.
- Oleskan krim atau salep pelembab yang mengandung zinc oxide pada area yang terkena ruam popok. Krim atau salep ini bisa dibeli tanpa resep dokter.
- Tunggu krim atau salep hingga kering, lalu pakaikan popok yang bersih.
Untuk mempercepat penyembuhan ruam popok, Anda dapat melakukan perawatan sebagai berikut:
- Tidak menggosok kulit yang sedang lecet.
- Menghentikan pemakaian popok untuk sementara waktu. Hal ini bisa membuat area ruam popoknya kering sehingga mempercepat penyembuhan.
- Memilih popok dengan ukuran yang lebih besar dari biasanya.
Jika setelah penanganan di atas ruam popok belum juga sembuh dalam waktu 2-3 hari atau justru semakin parah, sebaiknya Anda perlu berkonsultasi ke dokter. Dan dokter dapat meresepkan krim kortikosteroid, salep antijamur, atau antibiotik, tergantung penyebabnya.